BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hubungan manusia dan kebudayaan
sangat erat kaitannya satu sama lain, secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau mahluk yang berakal. Kebudayaan
berasal dari kata budaya yang merupakan bentuk kata majemuk
kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Dalam
bahasa Sansekerta kebudayaan disebut dengan budhayah yaitu
bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Pada
dasarnya manusia adalah mahluk budaya yang harus nembudayakan dirinya, Manusia
sebagai mahluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dan dorongan nalurinya
dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mempelajari keadaan
sekitar dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kebudayaan juga mengajarkan kepada
manusia beberapa hal penting dalam kehidupan seperti etika sopan & santun
menjadikan ciri khas kebudayaan orang Indonesia.
Kebudayaan juga dapat mempersatukan
lapisan elemen masyarakat yang sebelumnya merenggang akibat konflik yang
nerkepanjangan dan dapat pula dijadikan alat komunikasi antar masyarakat. Rasa
saling menhormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia
menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi
antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Banyak hal dapat
di kaji mengenai manusia dan kebudayaan, dapat dijadikan pelajaran bagi
masyarakat tentang hubungan erat manusia dan kebudayaan yang sebenarnya tak
dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan
manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan
padaakhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk
sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang
lain yaitu kebudayaan.
Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana
cara Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan?
2. Bagaimana
Wujud Kebudayaan?
3. Bagaimana
Transformasi Kebudayaan?
4. Bagaimana Hubungan Manusia dan Kebudayaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia
Manusia adalah mahluk paling
sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh
manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah
dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad
manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari
tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan
berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor
binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang
studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih
dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah
filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita
para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk
yang sempurna dan paling mulia.
Artinya : “Allah telah menundukkan
bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.” (Q. S.
Ibrahim: 32)
“Allah telah menundukkan bagi kalian
matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi
kalian malam dan siang.” (Q. S. Ibrahim: 33)
. Dan ayat lainnya yang menjelaskan
apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman
serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia
itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka,
dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam
adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding
dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal
yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki
manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak
boleh dilewati.
Penggolongan manusia yang paling
utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin
seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan.
Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa
sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita.
2.2 Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian
tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Menurut Kuntjaraningrat, budaya
adalah "Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar." Antropolog Sir Edward B. Taylor dari Inggris mendefenisikan
budaya sebagai 'the complex whole of ideas and things produced by men in their
historical experience' (keseluruhan ide dan barang yang dihasilkan oleh manusia
dalam pengalaman sejarahnya - terjemahan bebas). Antropolog Ruth Benedict
menyebut bahwa budaya adalah ''as pattern of thinking and doing that runs
through activities of people and distinguished them from all other peoples'
(pola pikir dan tindakan orang yang tercermin melalui aktifitasnya dan yang
membedakannya dari orang lain - terjemahan bebas).
Berikut adalah Arti Budaya Menurut
Pakar, antara lain: (Soekanto, 2000: 172)
1. Menurut Prof. Koentjaraningrat
Di lihat asal katanya, kata “budaya” sudah menggambarkan
betapa luasnya cakupan makna yang terkandung di dalamnya. Menurut Prof.
Koentjaraningrat, seorang Antropolog kenamaan Indonesia, budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta; buddhayah, yaitu bentuk
jamak dari kata “buddhi” atau budi dan akal. Dari asal kata ini,
budaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan budi atau
akal dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal dan budi tersebut.
2. Menurut Sidi Gazalba
Itulah mengapa, dengan mengacu pada asal kata ini, Sidi
Gazalba mengartikan budaya sebagai cara berpikir dan merasa untuk kemudian
dinyatakan dalam seluruh kehidupan sekelompok manusia yang membentuk
masyarakat dalam suatu ruang dan waktu tertentu.
3. Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Demikian pula Sumardjan dan Soelaeman Soemardi, mereka
mengartikan budaya sebagai “semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat”. Dengan demikian, budaya atau kebudayaan memiliki makna yang sangat
luas dan seolah tidak ada batasnya. Ia mencakup berbagai dimensi kehidupan
manusia yang lahir sebagai hasil olah akal dan budi, mulai yang terkecil hingga
yang terbesar; mulai dari tata cara makan hingga tata cara mengelola
sebuah negara. Oleh karena luasnya cakupan kebudayaan, ada sekian banyak
definisi atau arti budaya yang diungkapkan para sarjana. Dalam
buku Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions misalnya,
David Kroeber dan Kluckhohn menghimpun sekitar 160 definisi budaya yang
diungkapkan para ilmuwan. Dari sekian banyak definisi ini, tidak ada
satu pun definisi yang mampu menghimpun semua kompleksitas dari budaya. Setiap
definisi hanya menekankan pada satu atau beberapa aspek saja dari kebudayaan.
3.1 Manusia Sebagai Pencipta Dan
Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud
merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di
alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran
sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal,
intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan
semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan
kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan
terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang
sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya.
Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan
kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak
dan berprilaku didalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.
3.2 Wujud Budaya
Ada tiga wujud kebudayaan, yaitu meliputi sebagai berikut.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan lainnya. Wujud ini merupakan
wujud ideal dari kebudayaan. Tempatnya ada di dalam kepala atau pikiran, atau
bisa juga tertuang dalam tulisan-tulisan. Istilah lain yang lebih tepat untuk
menggambarkan wujud ideal kebudayaan ini adalah adat atau adat
istiadat.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas dan
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan ini
sering disebut juga sistem sosial atau social system, yakni
tindakan berpola manusia itu sendiri. Sebagai rangkaian aktivitas manusia,
sistem sosial atau wujud kebudayaan ini bersifat konkret atau nyata, terjadi
setiap saat di sekitar kita, dapat diobservasi, dan dapat didokumentasikan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud kebudayaan ini sering disebut juga dengan kebudayaan fisik. Oleh karena
sifatnya benda fisik, wujud ini sangat konkret, dapat diraba, dilihat, dan
difoto. Misalnya, komputer, bangunan, dan pakaian.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
· Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
· Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
· Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa
hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan
karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa
elemen atau komponen, menurut ahli atropologi Cateora, yaitu :
· Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
· Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat,
dan lagu atau tarian tradisional.
· Lembaga sosial
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak
dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social
yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku
pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa
dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada
satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
· Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system
penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi
dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka
berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
· Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
· Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
3.5 Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara
manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dari sisi lain hubungan
antar manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan manusia
dan masyarakat yang dinyatakan sebagai dialektis.
Proses dialektis ini tercupta melalui tiga:
1. Eksternalisasi: Proses manusia mengekspresikan dirinya
dengan membangun dunia.
2. Obyektivitas: Proses masyarakat menjadi realitas obyektif,menjadikan
masyarakat dengan segala pranata sosialnnya untuk mempengaruhi,dan membentuk
perilaku manusia.
3. Internalisasi: Proses manusia mempelajari kembali
masyarakatnya agar dia dapat hidup baik,hingga manusia menjadi kenyataan yang
dibentuk oleh masyarakat.
Manusia sangat erat kaitannya dengan
kebudayaan. Begitupun sebaliknya. Manusia yang membuat kebudayaan. Dan hampir
setiap tingkah laku manusia itu adalah kebudayaan. Dalam sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal. Maksudnya adalah walaupun keduanya
berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dengannya. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu
sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Dari sisi lain, hubungan antara
manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialegtis, maksudnya adalah saling
terkait satu dengan yang lainnya. Proses dialegtis ini tercipta melalui tiga
tahap, yaitu:
1. Eksternalisasi, yaitu proses
dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana
manusia menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia.
3. Internalisasi, yaitu proses
dimana manusia sergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari
kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga
manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Dalam hubungannya dengan lingkungan,
manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala
seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh
kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi
kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan
itu bersumber dari lingkungan.
Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya
yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi
Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun
kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan
bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Manusia dan kebudayaan pada
hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari
seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat
kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
1) penganut kebudayaan
2) pembawa kebudayaan
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan
Sebuah kebudayaan besar biasanya
memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah
kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan
dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama,
pekerjaan, pandangan politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan
masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan
kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar
perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran
yang datang, watak dari
penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar
budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa:
1. Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya
asimilaSi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu
dan saling bekerja sama.
2. Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan
oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga
dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan
induk yang ada dalam masyarakat asli.
3. Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung
dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
4. Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan
imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing
dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara sederhana kaitan manusia dan
kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek
yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan
tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya,
contohnya adlah hubungan dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan.
Manusia dan kebudayaan mempunyai
hubungan yang erat. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan
mana yang lebih awal antara manusia dan kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan
keduanya harus membedakan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan
dengan lebih cermat.
4.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik
serta saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih
disempurnakan dengan lebih baik lagi. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,
http://www.anneahira.com/arti-budaya.htm. Diakses pada tanggal:
20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous, http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. Diakses
pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous,
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia. Diakses pada tanggal: 20-09-2011,
14.00 WIB.
Anonymous, http://www.
membuatblog.web.id /2010/02/ pengertian-hakikat-manusia. html. Diakses
pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous, http://misi.sabda.org/memahami_budaya. Diakses
pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous,
http://pakguruonline.pendidikan.net/ buku_tua_ pakguru_ dasar_ kpdd_ 14.
Html. Diakses pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous,
http://prasetijo.wordpress.com/ 2008/ 09/ 11/ definisi - kebudayaan- menurut-
parsudi. html. Diakses pada tanggal: 20-09-2011, 14.00
WIB.
Anonymous, http://www.putra-putri-indonesia.com/unsur-budaya.html. Diakses
pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous,
http://skyrider27.blogspot.com/2010/03/manusia-dan-kebudayaan. Html. Diakses
pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Anonymous,
http://www.syahroneiy.co.cc/2010/05/manusia-dan-kebudayaan.html Diakses
pada tanggal: 20-09-2011, 14.00 WIB.
Asy’arie, Musa. 2002. Menggagas
Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: Lesfi
Kuntowijoyo. 2006. Budaya
dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Laksono, P.M. 1999. Teori
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Mawardi. 2009. IAD – ASD –
IBD. Bandung: Pustaka Setia
Nugroho, Widyo. 1994. Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma
Soekanto, Soerjono. 1975. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta ; Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar