Selasa, 24 Maret 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MURID MEMAHAMI PUISI MELALUI METODE PEMBELAJARAN SIMULASI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Puisi sebagai hasil karya sastra yang dijadikan alat aspirasi masyarakat. Pengapresiasian puisi tersebut akan terlihat hasil pikiran yang menarik bagi pembaca. Pembaca dapat menemukan nilai-nilai serta menghayati hidup secara efektif melalui karya sastra. Sastra merupakan tempat atau wadah yang dapat memberikan kepuasan membaca kepada manusia.
Hal ini dapat dilihat pada tujuan utama pengajaran sastra yaitu menanamkan rasa cinta sastra, sehingga kelak murid dewasa, dewasa pula dalam kegemaran, kemampuan penangkapan dan penilaian terhadap hasil-hasil sastra dengan demikian pengajaran sastra tidak hanya mempunyai aspek latihan teori dan praktek tetapi mempunyai nilai pembentukan watak dan sikap disamping adanya unsur-unsur kesenangan dan kenikmatan artistik (Situmorang, 1983:25).
Bentuk puisi yang bermacam-macam sering menimbulkan masalah dalam pengajaran, bahkan sulit dipahami secara keseluruhan, sehingga guru seringkali mengambil jalan pintas, yaitu murid disuruh membaca, menghafal teks dan menghafal nama pengarang serta hasil karyanya. Pembelajaran ini ditekankan pada hafalan tanpa makna dan bersifat verbal. Akibatnya murid belum dapat menghayati puisi secara langsung dan belum dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pengajaran ini belum dapat memberikan harapan tercapainya tujuan pengajaran, sebab murid akan mudah bosan terhadap bahan yang disajikan oleh guru, sebab murid akan menganggap remeh terhadap pengajaran sastra. Orientasi pengajaran yang demikian itu jelas tidak dapat mengarahkan murid ke arah apresiasi dan pemahaman yang sebenarnya. Sebab itu dalam apresiasi sastra murid diharapkan dapat bergaul dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk menuju ke arah tersebut guru hendaknya memberikan bimbingan secara konkrit ke arah pemahaman dan apresiasi yang langsung melibatkan murid maupun minat.
Menurut Situmorang (1983:30)
Menikmati puisi jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan menikmati cerita roman, novel dan cerpen. Sebab menikmati puisi memerlukan keterbukaan hati, ketekunan, konsekuensi pikiran sebab isinya merupakan lambang kehidupan sehingga diri kita ikut tergugat dibuatnya.

Dari pendapat di atas, jelas bahwa mempelajari puisi memerlukan ketekunan dan bimbingan dari guru. Sebab membaca cerita biasanya dilakukan dengan cepat. Sedang membaca puisi sering tertegun-tegun merenungkan maksud sebenarnya dari suatu puisi dan maksud yang ingin disampaikan penyair itu kepada pembacanya. Menghadapi persoalan seperti itu, akhirnya murid sering mengalami kesulitan bila mendapat tugas mengapresiasi puisi.
Murid yang kurang mempunyai minat baca karya sastra tidak ada motivasi kurang kreativitas serta latihan, tentu tidak dapat menyelesaikan tugas mengapresiasi.
Menurut Dawson (1962), “Simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu metode yang mereplikasi proses-proses berlaku”.
Cardille (1986:45), mengemukakan penemuan beberapa guru yaitu simulasi dan permainan merupakan metode mengajar yang tinggi efektivitasnya dalam menyederhanakan situasi kehidupan dan menyajikan pengalaman-pengalaman yang menuntun ke arah diskusi.
Simulasi merupakan bentuk pengunjukan dan permainan yang bermakna dalam menggambarkan pesan, suasana, mengembangkan keterampilan dan bernilai bagi anak-anak dalam membuahkan pengalaman belajar tertentu. (Aminuddin, 1998:1).
Tujuan pemakaian metode simulasi dalam meningkatkan kemampuan murid memahami puisi yaitu mendorong partisipasi dan memanfaatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan keputusan yang hendak dibuat.
Setelah penulis menemukan beberapa faktor yang mengakibatkan kesulitan murid dalam pengajaran sastra, penulis baru mengadakan penelitian terhadap kemampuan murid kelas V SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep dalam memahami puisi meningkat.
Dengan penelitian ini, maka diharapkan untuk mengembangkan proses belajar mengajar pada umumnya, pengajaran sastra dan pengajaran apresiasi puisi pada khususnya sehingga apa yang menyebabkan murid kurang memahami puisi dapat diatasi semaksimal mungkin melalui metode simulasi.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah kemampuan murid memahami puisi dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran simulasi di kelas V SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan murid memahami puisi melalui metode pembelajaran simulasi di kelas V SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yaitu :
1.      Manfaat Teoritis
a.       Mengenalkan pendekatan inovatif dalam pembelajaran dalam suatu sistem pengajaran simulasi.
b.      Menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi guru di dalam kelas.
2.      Manfaat Praktis
a.       Menjadi acuan bagi calon peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama.
b.      Bagi sekolah, diharapkan agar penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
c.       Bagi murid, untuk mengembangkan potensi serta memperoleh pengalaman baru yang dapat menambah dan memperkaya wawasannya yang bermuara pada pencapaian hasil belajar yang optimal.
d.      Bagi komite, untuk meningkatkan kualitas sekolah.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.    Kajian Pustaka
1.      Pemahaman Tentang Puisi
a.       Pengertian Puisi
Setelah menelaah puisi dengan perkembangan dan struktur yang membentuknya, maka batasan tentang puisi akan dapat diberikan. Banyak pendapat yang memberikan batasan tentang puisi. Batasan-batasan itu biasanya berhubungan dengan struktur fisiknya saja atau struktur batinnya saja, namun ada juga yang memberikan batasan yang meliputi kedua struktur itu.
Puisi adalah karya sastra, semua karya sastra bersifat imajinatif bahasa sastra bersifat konotatif, karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian  atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi, struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat, keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam adonan roti (Reeves, 1998:28).
Puisi adalah salah satu wujud sastra, puisi dsapat dibedakan dengan karya sastra yang lain karena bahasanya yang ekonomis serta pengungkapannya yang intens. Oleh karena itu, untuk memahami makna sebuah puisi diperlukan adanya perhatian yang sungguh-sungguh, ia harus dibaca berulang-ulang sambil merenungkan maknanya sebab dengan pembacaan sepintas maknanya sukar dipahami dengan baik.
Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya. Mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan dapat pula puisi dikaji jenis atau ragam ayat, mengingat ada ragam-ragam puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahan mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selaku menjalani perubahan perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antar konvensi dan pembaharian (inovasi) (Tecuw, 1980:12), puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffatorro, 1978:1).
Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara penuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Sampai sekarang orang tidak dapat memberikan defenisi setepatnya apakah puisi itu, namun untuk menahannya perlu diketahui apakah puisi berdasarkan konversi wujud puisi, namun sepanjang sejarahnya wujud puisi selalu berubah seperti yang dikemukakan Riffatorro.
Puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama (bermetrum) (Altenbren, 1970:2). Puisi adalah karya sastra, semua karya sastra bersifat imajinatif, bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna.
Slamet Muljana (1952:58) menyatakan bahwa “puisi adalah bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya pengulangan kata itu menghasilkan ritma, ritmik dan muskalitas”. Clive Sam-Sam (1960:6) memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatig dan emosional.
Puisi adalah suatu karya sastra yang bersifat imajinatif, bahasanya bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan lambang (majas). Berikut ini dikutip beberapa puisi menurut pandangan para ahli antara lain :
Mathew Arnold mengatakan bahwa puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah impresif (mengagumkan) dan yang paling efektif mendendangkan sesuatu (Situmorang, 1983:3). Batasan ini lebih luas dri pada batasan yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat pada irama, mantra, rima dan penyusunan larik dan baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989:706).
Hebert Spencer (Waluyo, 1991:23) bahwa “puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan”.
Menurut Raaplh W.E (Tarigan, 1984:14) bahwa “puisi merupakan upaya abadi untuk mengapresiasikan jiwa, menggetarkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan serta alasan yang menyebabkan ada”
Hudson (Alimuddin, 1991:143) menyatakan bahwa puisi adalah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuktikan ilusi, imajinasi seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan politisme.

Sedangkan S. Effendi (Waluyo, 1991:24) menyatakan “dalam puisi terdapat bentuk permukaan yang berupa larik, baik pertalian makna larik dan bait konsep abstrak dengan menggunakan pengimajinasian, pengiasan dan pelambangan.”
Untuk memberikan definisi atas batasan puisi sampai sekarang orang tidak dapat memberikan definisi setepatnya, batasan pada sastra tidaklah seperti pada batasan ilmu pasti, karena sastra mengutamakan perasaan dari renungan batin, kebanyakan memberikan batasan puisi dilihat dari struktur isinya, fisiknya dan struktur batinnya. Namun dari beberapa pengertian yang diuraikan di atas, mengandung ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
2)      Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus dan diatur sebaik-baiknya dengan irama dan bunyi.
3)      Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif.
4)      Bahasa yang digunakan bersifat konotatif hal ini ditandai dengan kata konkrit lewat pengimajinasian, perlambangan dan pengiasan atau dengan kata lain kata konkrit dan bahasa figuratif.
5)      Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan bentuk batin ditelaah unsur-unsurnya itu hanya berarti totalitas dengan keseluruhannya.
b.      Hakikat Puisi
Pada pembahasan terdahulu tidak memberikan batasan yang cukup mengenai hakikat puisi yang sebenarnya. Di bawah ini akan dikemukakan hakikat puisi oleh para ahli.
Puisi adalah salah satu wujud sastra. Puisi dapat dibedakan dengan karya sastra yang lain karena bahasanya yang ekonomis serta pengungkapannya yang intens, oleh karen aitu untuk memahami  makna sebuah puisi diperlukan adanya perhatian yang sungguh-sungguh. Ia harus dibaca berulang-ulang sambil merenungkan maknanya sebab dengan pembacaan sepintas maknanya sukar dipahami dengan baik.
Berbicara tentang baca puisi berarti kita akan berbicara tentang puisi dan pembacaannya. Sesungguhnya baca puisi tidak lain dari pembacaan sajak dengan lagu dengan gerak lirik (kamus besar Indonesia cetakan kedua 1989:193).
Bahasa puisi tidak sama dengan ilmu pengetahuannya lainnya yang menggunakan makna denotasi, bahasa yang digunakan dalam puisi adalah menggunakan makna konotasi. Dalam puisi makna dapat bergeser dari makna leksikal menjadi makna yang mengandung arti lain dengan cita rasa penyair melalui karyanya. Kata-kata yang digunakan oleh penyair mempunyai makna yang luas dari makna sebenarnya.
Dalam satu contoh “Aku” oleh Chairil Anwar dapat dilihat dari sudut simbolik. Puisi ini dapat mengandung simbol pemberontakan diri atau jiwa oleh seorang terhadap penjajahan atau terbelenggunya suatu kebebasan. Pengakuan disini dapat bermakna individu dapat juga bermakna suatu bangsa yang mempunyai dan memiliki penduduk yang kebebasannya terbelenggu. Seorang pujangga dengan perasaannya merasakan akan situasi tersebut dengan itu ia melontarkan perjuangannya menurut kebebasan hidup melalui puisi “Aku”.
Lebih jelasnya ini dikutip puisi “Aku” sebanyak tiga larik:
                                          “Aku”
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meredang menerjang
Luka dan bisa kubawa lari

LA.Richard (tarigan, 1984:23), memberikan batasan hakekat puisi yang mengandung makna keseluruhan yaitu :
1.      Tema atau makna (sense), sang penyair mengemukakan sesuatu kepada pembaca suatu kejadian yang dialaminya dipersoalkan dan dipermasalahkan dengan cara sendiri. Permasalahannya yang terkandung dalam puisinya.
2.      Rasa (feeling) adalah sikap seorang penyair terhadap pokok permasalaha yang terkandung dalam puisinya.
3.      Nada, sikap penyair terhadap pembacanya nada ini sangat berhubungan erat dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sajak  tersebut.
4.      Tujuan (amanat), setiap penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya baik disadari maupun tidak.
Dari keempat unsur tersebut saling berkaitan dalam sebuah puisi sekalipun ada orang yang mengatakan bahwa menulis bukan untuk siapa-siapa, ia hanya menulis puisi hanya untuk diri sendiri, dan terlepas dari keempat unsur tersebut.
c.       Bentuk-bentuk puisi
1)      Puisi Apik atau Naratif
Puisi ini penyair ingin mengemukakan sebuah cerita lewat puisi, seperti puisi Rendra berikut ini :


Gugur
Ia merangkak
Di atas bumi yang kucintai
Tiada kuasa lagi menegak
Telah lepasklan dengan gemilang
Pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Puisi Rendra yang berjudul Gugur ini termasuk puisi apik yang menceritakan tentang kepahlawanan.
2)      Puisi Lirik
Puisi lirik mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya, karena itu sifatnya lebih subjektif. Pikiran dan perasaan yang dikemukakan adalah pencerminan pribadi penyair. Contoh puisi lirik yang dikutip dari sebuah puisi Mahatmanto.
             Rizki Jiwa
Ketika aku mulai membujur
Berbaring di tempat tidur
Bidikku Ya Allahum Kudus
Berilah aku mimpi yang bagus
Oleh karena lembutnya dan meresapnya maka Mahatmanto menuntun ke arah pikiran dan perasaannya, dengan sendirinya terbuka hati sebagai manusia yang memang bersedia mendengarkan suara yang ikhlas, gaib, dan halus dengan tidak dipaksa-paksa.
3)      Puisi Dramatik
Puisi ini biasanya berbentuk monolog. Puisi adalah puisi yang berisi analisis terhadap watak seseorang yang mengungkapkan suasana tertentu atas peristiwa melalui batin tokoh tertentu yang dipilih penyair. Jenis puisi ini dapat diambil dari salah satu bentuk puisi Chairil Anwar.
                Penerimaan          
Kalau kau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Jangan tunduk terus! Tantang aku
dengan berani

Kalau kau kuterima kau kembali
Untuk sendiri tapi
Dengan cermin aku enggan berbagi
d.      Memahami Puisi
Dalam memahami makna karya sastra dapat mengacu ke berbagai hal yang erat hubungannya dengan puisi itu. Dalam pemahaman puisi ini hal yang dipandang erat hubungannya dengan puisi itu adalah penyair dan kenyataan sejarah. Puisi-puisi yang relatif sulit ditafsirkan maknanya, biasanya dapat ditafsirkan melalui pengenalan terhadap penyair dan kenyataan sejarah.
Puisi diperkenalkan sebagai suatu totalitas atau sebagai struktur majas, versifikasi, dan pengkonsentrasian bahasa merupakan 16 unsur-unsur puisi yang tetap bertahan. Struktur puisi dibangun oleh struktur fisik dan struktur batin (makna puisi).
Faktor genetik dari puisi yakni pengarang dan kenyataan sejarah sebagai faktor yang turut menentukan makna puisi dalam setiap pembahasan puisi baik puisi lepas kumpulan puisi, kiranya kita tidak mungkin melupakan penyair dan kenyataan sejarah yang memberikan latar belakang terhadap makna puisi itu secara menyeluruh sebagai totalitas. Aliran, filsafat, agama, pandangan hidup, latar belakang, sosial budaya, dan latar belakang pemikiran atau disiplin ilmu kiranya akan memberi warna kepada puisi yang diciptakan juga memberikan corak puisi.
Langkah memahami dan menelaah dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1)      Struktur karya sastra
Berusaha memahami struktur karya sastra secara umum apakah puisi berstruktur lama, baru, angkata 45, ataukah puisi kontemporer. Apakah bentuk puisi itu konvensional ataukah non konvensional. Penelaah berusaha memahami bait-bait dan lirik-lirik serta  memahami secara global tema apakah yang dikemukakan oleh penyair.
2)      Penyair dan Kenyataan Sejarah
Bagaimana aliran filsafat penyair, corak khas yang menjadi ciri dari zaman penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus berhubungan dengan penyair, aliran, filsafat, dan zaman saat puisi itu diciptakan.
3)      Telaah Unsur-Unsur
Struktur fisik dan struktur batin puisi mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi, menyangkut telaah unsur-unsur puisi dan berusaha membedah puisi sampai ke unsur-unsur yang terkecil.
a)      Struktur fisik (metode) membahas bagaimana kecakapan/ kreatifitas penyair dalam menciptakan puisi. Bagaimana penyair memilih, mengemukakan dan memberi sugesti kata (diksi) bagaimana penyair menciptakan pengimajinasian dan sebagainya.
b)      Struktur batin yakni adanya jalinan antara struktur fisik dan struktur batin yang begitu kuat, menyebabkan perlunya pembaca memahami kedua struktur tersebut secara bersama-sama, tingkat pemikiran, luapan rasa hati penyair dan tingkat imajinasi (pengalaman) penyair diungkapkan dengan metode atau teknik pengucapan khas milik penyair. Nilai artistik sebuah karya sastra terletak dari tepat tidaknya penyair mengungkapkan struktur batinnya ke dalam struktur fisik (teknik). Jadi struktur batin dan gaya pengucapan disampaikan lewat bahasa penyair merupakan dua hal yang saling berhubungan.
4)      Sintesis dan Interpretasi
Sintesis itu dapat berwujud jawaban atas pertanyaan sebagai berikut : Apakah amanat (pesan) yang hendak disampaikan penyair? Mengapa penyair menggunakan bahasa yang (hubungannya dengan perasaan dan nada)? Apakah arti  karya tersebut bagi murid? Bagaimana sikap anda terhadap apa yang dikemukakan penyair?
Sebagaimana dengan apa yang telah dijelaskan di atas, bahwa usaha penikmatan suatu karya sastra sangat erat hubungannya dnegan pemahaman. Ada beberapa orang mengatakan bahwa penikmayan lebih dahulu barulah dating pemahaman, sedangkan pengenalan puisi tidak penting. Alasan yang dimiliki pendapat seperti itu bahwa dengan menikmatinya timbul penghayatan kemudian lahirlah pengenalan atas bentuk dan kaidah-kaidah yang berhubungan dengan perpuisian. Sementara itu sebagian orang yang beranggapan bahwa pengenalan yang lebih dahulu baru pemahaman dan penikmatan, karena bagaimana kita bisa menikmati sebuah karya sastra apabila kita tidak mengenal hal-hal yang berhubungan dengan puisi itu.
Pendapat tersebut di atas keduanya benar kita tidak perlu terlalu banyak mempersoalkan yang jelas bhawa untuk memahami sebuah puisi apalagi untuk menikmatinya diperlukan pengetahuan. Seperti dijelaskan di atas bahwa modal utama untuk memahami puisi adalah hati dan pikiran terbuka. Puisi memiliki metode tersendiri, jadi untuk memahami puisi ada beberapa  metode beserta sarana yang perlu diperhatikan antara lain :
1)      Diksi
Diksi ialah pilihan kata penggunaan dan penempatan kata dilakukan dengan hati-hati, teliti, cermat, dan tepat. Kata yang digunakan dalam dunia sajak cenderung pada makna konotasi, setiap kata yang digunakan penyair memiliki makna dan tujuan tertentu baik mengenai ruang maupun waktu.
2)      Imaji
Imaji adalah segala yang dirasakan dan dialami secara imajinatif. Pilihan kata yang tepat membantu daya baying untuk menjelmakan gambaran yang nyata, penikmat dapat melihat, merasakan, mendengar dan menyentuh apa yang disampaikan penyair.
3)      Kata Tanya
Kata tanya yang dimaksud disini dengan pilihan kata yang tepat, kata dapat menyarankan suatu pengertia menyeluruh. Ketepatan kita akan menimbulkan asosiasi yang menjelmakan imajinasi sehingga penikmat dapat merasakan apa yang dialami penyair.



4)      Majas
Majas yaitu kias atau gaya bahasa, penyair berusaha memperjelas maksud serta menjelmakan imajinasi. Ada penyair menggunakan personifikasi, metafora, dan gaya bahasa yang lain.
5)      Rima atau Ritma
Rima atau ritma mempunyai pengaruh yang besar untuk memperjelas makna suatu puisi, ia berhubungan erat dengan tema, rasa, lagu, dalam sebuah puisi.
Kemampuan untuk memahami, menilai dan menafsirkan adalah merupakan komponen penting dalam menganalisis puisi, cara yang ditempuh ialah dengan jalan membaca dengan teknik terarah dan terorganisasi serta ilmiah.
Membahas belum cukup kalau baru sampai pada kemampuan baca, harus mampu dipahami puisi sedemikian rupa sehingga sampai pada titik minimal yaitu terjadinya persinggungan cita rasa dengan cita rasa puisi yang dibaca. Puisi sebagai karya imajinasi hadir sebagaimana halnya dengan hadirnya suatu kelahiran lahiriyah dan batiniyah, justru itupun puisi memerlukan pendekatan luar dan dalam, pemahaman kulit maupun isinya.
Dalam hubungannya dengan pemahaman terhadap puisi terdapat empat kategori. Ada orang yang mampu membaca isi dan lagu ataupun gerak gerik yang baik tetapi ia tidak memahami apa yang sementara atau sudah dibacanya.
Tahap pertama pemahaman terhadap puisi tahu baca tetapi tidak mengetahui isi yang dibacanya.
Kedua tercapai apabila telah mampu dipahami makna yang terkandung dalam puisi. Pada tahap ini tidak hanya tahu baca, tetapi tahu tentang apa yang dibaca.
Tahap ketiga tidak hanya sampai pada pemahaman tetapi turut dinikmati atau dirasakan nikmat dan cita rasa puisi. Pada tahap ini terdapatnya persinggungan cita rasa pribadinya dengan cita rasa puisi yang dibaca.
e.       Unsur-unsur yang membangun puisi
Sebuah puisi  adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur lainnya.
Gambaran tentang puisi sebagai suatu terstruktur utuh dapat kita lihat dalam tembang jawa. Sebuah tembang jawa tidak hanya diatur oleh struktur bunyi, suku kata, dan baris namun juga diatur oleh aturan makna tersendiri yang harus memenuhi syarat. Apa yang dilihat melalui bahasanya yang nampak, disebut struktur fisik puisi yang secara tradisional disebut struktur fisik puisi yang secara tradisional disebut bentuk atau bahasa atau unsur bunyi. Sedangkan makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati, disebut struktur batin atau struktur makna. Kedua unsur itu disebut struktur karena terdiri atas unsur-unsur lebih kecil yang bersama-sama membangun kesatuan sebagai berikut.
Struktur puisi sering kali disebut juga struktur sintaktik puisi. Istilah ini memang tidak tepat, sebab kesatuan unsur-unsur kebahasaan dalam puisi tidak membentuk struktur sintaktik tetapi membentuk baris puisi. Oleh sebab itu, penulis merasa sebutan untuk struktur fisik lebih tepat, sedangkan struktur batin seringkali disebut struktur tematik atau struktur semantic. Penamaan tersebut kurang tepat juga, oleh sebab itu penulis menggunakan istilah struktur batin karena berisi ungkapan batin penulisnya.
Dick Hrtoko (1994:12) menyebutkan “adanya  dua unsur penting dalam puisi, yakni unsur tematik atau unsur semantik puisi dengan unsur sintaktik puisi”. Unsur tematik atau semantik menunjuk ke arah struktur batin, sedangkan unsur semantik menunjukkan ke unsur fisik. Dick Hartoko tidak membedakan kedua unsur itu dalam suatu bagian tersendiri. Yang menjadi inti puisi adalah unsur tematik yang diungkapkan melalui medium bahasa yang mengandung kesatuan sintaktis. Untuk pengungkapan itu, makna puisi diwujudkan dengan berbagai cara.
Diksi, pengimajian, majas, versifikasi, dan ripografi disusun penyair untuk mengungkapkan struktur tematik yang hendak diucapkan pola makna yang sudah ada yang bersifat makna lugas, makna kiuas, makna lambang dan sebagainya. M. S. Hutagalung (1976:128) menyebut “dua unsur puisi dengan tema struktur”. Yang dimaksud tema disini adalah struktur batin, sedangkan yang dimaksud dengan struktur disini adalah struktur fisik.
Istilah bentuk dan isi atau tema dan struktur oleh I.A. Richards (1984:21) disebut “hakikat puisi dan metode puisi hakikatnya adalah unsur hakikat yang menjiwai puisi, sedangkan medium bagaimana hakikat itu diungkapkan disebut metode puisi. Hakikat puisi terdiri atas tema, nada, perasaan dan amanat : metode puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas dan ritma”.
“Bentuk karya puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan prosa. Perbedaan itu tidak hanya dari struktur fisik saja. Tetapi juga dalam struktur batin. Menciptakan puisi berarti menggunakan prinsip struktur pemadatan atau pengkonsentrasian bentuk dan makna, kekuatan imajinasi, ritma dan jangkauan simboliknya, kedua unsur tersebut saling mengikat keterjalinan dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh” (Waluyo, 1992:29).
S. Efendi (1983:XI) menerapkan struktur fisik dan struktur batin dalam suatu kesatuan yang disebut aspek-aspek puisi. Aspek-aspek itu meliputi :
a.       Bentuk permukaan seperti larik, bait dan pertalian makna yang diperlihatkan oleh larik dan bait.
b.      Makna lugas, yakni makna sebenarnya atau makna tersurat dan denotasi yang ditujukan oleh kata, larik dan keseluruhan sajak.
c.       Pengimajian yakni konkretisasi pengertian atau konsep-konsep yang abstrak penataan bahasa yang khas hingga timbul image yang konkretiasi. Pengisian yakni konkretisasi konsep-konsep yang abstrak dengan pemadatan bahasa sehari-hari.
d.      Konkretisasi konsep-konsep yang abstrak dengan kata-kata lambang atau perilaku pelambang dalam pengisian bahasa sehari-hari.
e.       Makna utuh yakni keseluruhan sebuah sajak dan jaringan atau pula pengimajian serta pelambangan dalam penjelmaan makna secara keseluruhan.
f.       Nada dan suasana ialah sikap penyair terhadap apa yang diucapkan dan suasana yang dijelmakan oleh lingkungan fisik dan psikologi dalam puisi.
g.      Kemanisan bunyi dan makna yaitu pemahaman bunyi yang menjelmakan kemerdekaan/kemerduan atau orchestra dan hubungan dengan makna utuh dalam sebuah sajak.

2.      Metode Pembelajaran Simulasi
a.       Pengertian Metode Pembelajaran Simulasi
Simulasi adalah memperagakan sesuatu yang berbentuk tiruan dari hasil daya cipta yang tinggi. Dawson (1962) mengemukakan “simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu metode yang merefleksi proses-proses perilaku”.
Clarck C. Abt (1964) mengemukakan “suatu simulasi adalah suatu tindakan peniruan dari proses yang nyata”.
Menurut Cardille Canei, (1986:45) “simulasi dan permainan merupakan metode mengajar yang tinggi efektifitasnya dalam situasi kehidupan dan menyajikan pengalaman-pengalaman yang menuntun ke arah dikusi”.
b.      Kareakteristik Metode Pembelajaran Simulasi
Menurut Davies (1987:241-242) bahwa karakteristik  metode pembelajaran simulasi yaitu :
1)      Murid bekerja secara individu untuk menuntaskan materi pembelajarannya.
2)      Penghargaan lebih berorientasi kepada individu daripada kelompok.
c.       Keunggulan/Kelebihan Metode Pembelajaran Simulasi
Menurut Davies (1987:241-243) bahwa keunggulan/kelebihan metode pembelajaran simulasi yaitu :
1)      Kegiatan simulasi memberikan kegembiraan/kesenangan pada diri murid, sehingga para murid terdorong untuk berpartisipasi.
2)      Metode ini memerlukan jenis interaksi antar murid yang memungkinkan timbulnya keutuhan yang sehat (kondusif) antara para murid.
3)      Metode ini sering kali memperoleh respon yang positif dari murid yang lamban,  kurang cakap, atau yang kurang motivasinya.
4)      Mengurangi keabstrakan dari hal-hal yang dipelajari, sebab walaupun yang dipelajari bersifat abstrak tetapi dipelajari dalam kegiatan yang nyata.
5)      Metode ini guru memungkinkan guru bekerja dengan tingkat  kemampuan murid yang berbeda-beda pada waktu yang sama.

d.      Kekurangan Metode Pembelajaran Simulasi
Menurut Gilstrap (1975:89) bahwa kekurangan metode pembelajaran simulasi yaitu :
1)      Keefektifannya dalam memperbaiki kegiatan belajar belum dapat dilaporkan dalam penelitian mutakhir.
2)      Metode ini menjadi mahal semenjak banyaknya permainan simulasi yang komersial.
3)      Metode ini memerlukan pengelompokan yang luwes, begitu juga diharapkan keluwesan penggunaan ruang kelas dan gedung yang sering kali tidak memungkinkan.
4)      Metode ini banyak menuntut imajinasi  guru dan para murid yang terlibat.
5)      Seringkali mengandung kecaman dari orang tua, karena kegiatannya melibatkan unsur permainan di dalamnya.

e.       Prosedur Model Pembelajaran Simulasi Dalam PKBM
Menurut Davies (1987:2420) bahwa ada beberapa prosedur dalam simulasi yaitu antara lain:
1)      Simulasi dilakuka oleh kelompok murid, dan semua murid mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau berbeda, dan semua murid harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.
2)      Penentuan topik simulasi dapat dibicarakan dengan murid dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid dan situasi setempat.
3)      Peraturan/petunjuk simulasi dapat terlebih dahulu disiapkan secara rinci garis besarnya saja, tergantung dari bentuk simulasi dan tujuannya.
4)      Simulasi dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik. Hal ini menuntut agar situasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan akan terjadi pada situasi sesungguhnya.
5)      Dalam situasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya berbagai proses seperti sebab akibat pemecahan masalah dan yang lain.

f.       Penerapan metode pembelajaran simulasi dalam upaya meningkatkan kemampuan murid memahami puisi di SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.
Menurut Abdurrakhman (2008) bahwa untuk dapat menerapkan metode pembelajaran situasi dalam upaya meningkatkan kemampuan murid memahami puisi yaitu :
1)      Langkah Perencanaan
a)      Pelajari dengan cermat kegiatan yang disimulasikan dan catat bagian-bagian atau langkah-langkah yang akan diperagakan.
b)      Buatlah skenario simulasi merujuk kepada topik, dan tujuan pembelajaran serta catatan tentang bagian dan langkah-langkah utama yang telah dibuat pada langkah sebelumnya.
c)      Lakukan uji coba serta penyempurnaan skenario simulasi yang telah dibuat menjadi skenario akhir yang akan digunakan di kelas.
2)      Langkah Persiapan
a.       Siapkan dan periksalah kesiapan peralatan serta perlengkapan pendukung lainnya.
b.      Jelaskan kepada murid gambaran umum simulasi dan kaitannya dengan topik yang sedang dipelajari, tujuan yang akan dipakai serta apa yang diharapkan dari murid.
c.       Siapkan skenario simulasi yang telah disempurnakan.
d.      Bagikan skrip kegiatan kepada murid sesuai dengan perannya masing-masing dan berikan penjelasan tentang apa yang harus dan dan apa yang tidak boleh mereka lakukan.
e.       Beri kesempatan kepada murid untuk bertanya tentang kegiatan simulasi dan perannya.
3)      Langkah Pelaksanaan
a.       Lakukan langkah demi langkah kegiatan simulasi sesuai dengan kegiatan simulasi sesuai dengan skenario.
b.      Guru berperan sebagai sutradara yang mengendalikan kegiatan agar simulasi berjalan sesuai dengan skenario yang dilaksanakan dengan serius.
c.       Ingatkan murid yang kurang serius agar memfokuskan diri pada kegiatan supaya memberi makna bagi dirinya dan kelas.
d.      Guru membuat catatan tentang hal yang perlu didiskusikan pada akhir pembelajaran yang meliputi hal-hal yang perlu mendapat pujian dan hal-hal yang perlu diperbaiki.
4)      Langkah Evaluasi dan Penutup
a.       Lontarkan sejumlah pertanyaan yang terkait dengan bagian atau langkah yang baru diperagakan berdasarkan catatan yang telah dibuat.
b.      Minta komentar dari murid tentang pelaksanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh temannya.

B.     Kerangka Pikir
Sesuai dengan yang tlah dipaparkan pada bagian yang terdahulu, maka pada bagian ini yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir. Kerangka piker ini akan mengarahkan penelitian untuk menemukan daya informasi guna memecahkan masalah yang telah dijauhkan.
Landasan teori menjelaskan bahwa menganalisis puisi adalah kemampuan menemukan atau menentukan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu dari dalam puisi itu sendiri.
Puisi merupakan karya sastra yang tidak mudah dipahami maknanya. Terkadang suatu puisi membutuhkan pengetahuan maksimal untuk memahami makna yang dikandungnya. Puisi kadang-kadang mudah dibaca sulit dipahami.
Berdasarkan pada banyaknya kesulitan dalam memahami suatu puisi, upaya peningkatan mutu pengajaran puisi senantiasa dapat dilakukan dengan baik dalam hal bentuk teori, maupun memaksimalkan pengajaran di sekolah. Pengukuran kemampuan menganalisis puisi di sekolah selain sebagai upaya mengevaluasi kemajuan sastra khususnya apresiasi puisi, juga sebagai upaya menggali permasalahan dan kendala pengajaran pyisi sebagai suatu hal yang dapat menjadi acuan tindak lanjut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa penelitian semacam ini merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan apalagi jika ditelaah kembali fenomena pengajaran puisi, maka dapat diprediksi bahwa kemampuan murid menganalisis puisi belum memadai. Beberapa hasil penelitian semua berkesimpulan senada bahwa tingkat apresiasi puisi murid masih sangat rendah. Adapun kerangka pikir sebagai berikut :






















2.1 Kerangka Pikir Penelitian






Tidak ada komentar:

Posting Komentar