BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Puisi
sebagai hasil karya sastra yang dijadikan alat aspirasi masyarakat.
Pengapresiasian puisi tersebut akan terlihat hasil pikiran yang menarik bagi
pembaca. Pembaca dapat menemukan nilai-nilai serta menghayati hidup secara
efektif melalui karya sastra. Sastra merupakan tempat atau wadah yang dapat
memberikan kepuasan membaca kepada manusia.
Hal
ini dapat dilihat pada tujuan utama pengajaran sastra yaitu menanamkan rasa
cinta sastra, sehingga kelak murid dewasa, dewasa pula dalam kegemaran,
kemampuan penangkapan dan penilaian terhadap hasil-hasil sastra dengan demikian
pengajaran sastra tidak hanya mempunyai aspek latihan teori dan praktek tetapi
mempunyai nilai pembentukan watak dan sikap disamping adanya unsur-unsur
kesenangan dan kenikmatan artistik (Situmorang, 1983:25).
Bentuk
puisi yang bermacam-macam sering menimbulkan masalah dalam pengajaran, bahkan
sulit dipahami secara keseluruhan, sehingga guru seringkali mengambil jalan
pintas, yaitu murid disuruh membaca, menghafal teks dan menghafal nama
pengarang serta hasil karyanya. Pembelajaran ini ditekankan pada hafalan tanpa
makna dan bersifat verbal. Akibatnya murid belum dapat menghayati puisi secara
langsung dan belum dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pengajaran
ini belum dapat memberikan harapan tercapainya tujuan pengajaran, sebab murid
akan mudah bosan terhadap bahan yang disajikan oleh guru, sebab murid akan
menganggap remeh terhadap pengajaran sastra. Orientasi pengajaran yang demikian
itu jelas tidak dapat mengarahkan murid ke arah apresiasi dan pemahaman yang
sebenarnya. Sebab itu dalam apresiasi sastra murid diharapkan dapat bergaul
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk menuju ke arah tersebut
guru hendaknya memberikan bimbingan secara konkrit ke arah pemahaman dan
apresiasi yang langsung melibatkan murid maupun minat.
Menurut
Situmorang (1983:30)
Menikmati
puisi jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan menikmati cerita roman, novel
dan cerpen. Sebab menikmati puisi memerlukan keterbukaan hati, ketekunan,
konsekuensi pikiran sebab isinya merupakan lambang kehidupan sehingga diri kita
ikut tergugat dibuatnya.
Dari
pendapat di atas, jelas bahwa mempelajari puisi memerlukan ketekunan dan
bimbingan dari guru. Sebab membaca cerita biasanya dilakukan dengan cepat.
Sedang membaca puisi sering tertegun-tegun merenungkan maksud sebenarnya dari
suatu puisi dan maksud yang ingin disampaikan penyair itu kepada pembacanya.
Menghadapi persoalan seperti itu, akhirnya murid sering mengalami kesulitan
bila mendapat tugas mengapresiasi puisi.
Murid
yang kurang mempunyai minat baca karya sastra tidak ada motivasi kurang
kreativitas serta latihan, tentu tidak dapat menyelesaikan tugas mengapresiasi.
Menurut
Dawson (1962), “Simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan
menyusun dan mengoperasikan suatu metode yang mereplikasi proses-proses
berlaku”.
Cardille
(1986:45), mengemukakan penemuan beberapa guru yaitu simulasi dan permainan
merupakan metode mengajar yang tinggi efektivitasnya dalam menyederhanakan
situasi kehidupan dan menyajikan pengalaman-pengalaman yang menuntun ke arah
diskusi.
Simulasi
merupakan bentuk pengunjukan dan permainan yang bermakna dalam menggambarkan
pesan, suasana, mengembangkan keterampilan dan bernilai bagi anak-anak dalam
membuahkan pengalaman belajar tertentu. (Aminuddin, 1998:1).
Tujuan
pemakaian metode simulasi dalam meningkatkan kemampuan murid memahami puisi
yaitu mendorong partisipasi dan memanfaatkan sumber-sumber yang berhubungan
dengan keputusan yang hendak dibuat.
Setelah
penulis menemukan beberapa faktor yang mengakibatkan kesulitan murid dalam
pengajaran sastra, penulis baru mengadakan penelitian terhadap kemampuan murid
kelas V SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan Labakkang
Kabupaten Pangkep dalam memahami puisi meningkat.
Dengan
penelitian ini, maka diharapkan untuk mengembangkan proses belajar mengajar
pada umumnya, pengajaran sastra dan pengajaran apresiasi puisi pada khususnya
sehingga apa yang menyebabkan murid kurang memahami puisi dapat diatasi
semaksimal mungkin melalui metode simulasi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
Apakah
kemampuan murid memahami puisi dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran
simulasi di kelas V SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan
Labakkang Kabupaten Pangkep.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan murid memahami puisi melalui
metode pembelajaran simulasi di kelas V SD Negeri 10 Lembang Kelurahan
Mangallekana Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian yaitu :
1.
Manfaat Teoritis
a. Mengenalkan
pendekatan inovatif dalam pembelajaran dalam suatu sistem pengajaran simulasi.
b. Menemukan
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi guru di dalam kelas.
2.
Manfaat Praktis
a. Menjadi
acuan bagi calon peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama.
b. Bagi
sekolah, diharapkan agar penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
c. Bagi
murid, untuk mengembangkan potensi serta memperoleh pengalaman baru yang dapat
menambah dan memperkaya wawasannya yang bermuara pada pencapaian hasil belajar
yang optimal.
d. Bagi
komite, untuk meningkatkan kualitas sekolah.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian
Pustaka
1.
Pemahaman
Tentang Puisi
a. Pengertian
Puisi
Setelah
menelaah puisi dengan perkembangan dan struktur yang membentuknya, maka batasan
tentang puisi akan dapat diberikan. Banyak pendapat yang memberikan batasan
tentang puisi. Batasan-batasan itu biasanya berhubungan dengan struktur
fisiknya saja atau struktur batinnya saja, namun ada juga yang memberikan
batasan yang meliputi kedua struktur itu.
Puisi
adalah karya sastra, semua karya sastra bersifat imajinatif bahasa sastra
bersifat konotatif, karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang
(majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih
bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini
disebabkan terjadinya pengkonsentrasian
atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi, struktur fisik
dan struktur batin puisi juga padat, keduanya bersenyawa secara padu bagaikan
telur dalam adonan roti (Reeves, 1998:28).
Puisi
adalah salah satu wujud sastra, puisi dsapat dibedakan dengan karya sastra yang
lain karena bahasanya yang ekonomis serta pengungkapannya yang intens. Oleh
karena itu, untuk memahami makna sebuah puisi diperlukan adanya perhatian yang
sungguh-sungguh, ia harus dibaca berulang-ulang sambil merenungkan maknanya
sebab dengan pembacaan sepintas maknanya sukar dipahami dengan baik.
Puisi
sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya.
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya. Mengingat bahwa puisi itu
adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan dapat pula puisi dikaji jenis atau ragam ayat, mengingat ada ragam-ragam
puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahan mengingat bahwa
sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selaku menjalani perubahan
perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu
terjadi ketegangan antar konvensi dan pembaharian (inovasi) (Tecuw, 1980:12),
puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep
estetiknya (Riffatorro, 1978:1).
Meskipun
demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara penuhnya tanpa
mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Sampai sekarang orang
tidak dapat memberikan defenisi setepatnya apakah puisi itu, namun untuk
menahannya perlu diketahui apakah puisi berdasarkan konversi wujud puisi, namun
sepanjang sejarahnya wujud puisi selalu berubah seperti yang dikemukakan
Riffatorro.
Puisi
adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama
(bermetrum) (Altenbren, 1970:2). Puisi adalah karya sastra, semua karya sastra
bersifat imajinatif, bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan
makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra
yang lain puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak
kemungkinan makna.
Slamet
Muljana (1952:58) menyatakan bahwa “puisi adalah bentuk kesusastraan yang
menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya pengulangan kata itu
menghasilkan ritma, ritmik dan muskalitas”. Clive Sam-Sam (1960:6) memberikan
batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan
pengalaman intelektual yang bersifat imajinatig dan emosional.
Puisi
adalah suatu karya sastra yang bersifat imajinatif, bahasanya bersifat
konotatif karena banyak digunakan makna kias dan lambang (majas). Berikut ini
dikutip beberapa puisi menurut pandangan para ahli antara lain :
Mathew
Arnold mengatakan bahwa puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah
impresif (mengagumkan) dan yang paling efektif mendendangkan sesuatu (Situmorang,
1983:3). Batasan ini lebih luas dri pada batasan yang terdapat dalam kamus
besar bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang
bahasanya terikat pada irama, mantra, rima dan penyusunan larik dan baik
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989:706).
Hebert
Spencer (Waluyo, 1991:23) bahwa “puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang
bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan”.
Menurut
Raaplh W.E (Tarigan, 1984:14) bahwa “puisi merupakan upaya abadi untuk mengapresiasikan
jiwa, menggetarkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan serta alasan yang
menyebabkan ada”
Hudson
(Alimuddin, 1991:143) menyatakan bahwa puisi adalah satu cabang sastra yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuktikan ilusi,
imajinasi seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam
menggambarkan gagasan politisme.
Sedangkan
S. Effendi (Waluyo, 1991:24) menyatakan “dalam puisi terdapat bentuk permukaan
yang berupa larik, baik pertalian makna larik dan bait konsep abstrak dengan
menggunakan pengimajinasian, pengiasan dan pelambangan.”
Untuk
memberikan definisi atas batasan puisi sampai sekarang orang tidak dapat
memberikan definisi setepatnya, batasan pada sastra tidaklah seperti pada
batasan ilmu pasti, karena sastra mengutamakan perasaan dari renungan batin,
kebanyakan memberikan batasan puisi dilihat dari struktur isinya, fisiknya dan
struktur batinnya. Namun dari beberapa pengertian yang diuraikan di atas,
mengandung ciri-ciri sebagai berikut :
1) Dalam
puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
2) Dalam
penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus dan diatur
sebaik-baiknya dengan irama dan bunyi.
3) Puisi
adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman jiwa
dan bersifat imajinatif.
4) Bahasa
yang digunakan bersifat konotatif hal ini ditandai dengan kata konkrit lewat
pengimajinasian, perlambangan dan pengiasan atau dengan kata lain kata konkrit
dan bahasa figuratif.
5) Bentuk
fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang tidak
dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan bentuk
batin ditelaah unsur-unsurnya itu hanya berarti totalitas dengan
keseluruhannya.
b. Hakikat
Puisi
Pada
pembahasan terdahulu tidak memberikan batasan yang cukup mengenai hakikat puisi
yang sebenarnya. Di bawah ini akan dikemukakan hakikat puisi oleh para ahli.
Puisi
adalah salah satu wujud sastra. Puisi dapat dibedakan dengan karya sastra yang
lain karena bahasanya yang ekonomis serta pengungkapannya yang intens, oleh
karen aitu untuk memahami makna sebuah
puisi diperlukan adanya perhatian yang sungguh-sungguh. Ia harus dibaca
berulang-ulang sambil merenungkan maknanya sebab dengan pembacaan sepintas
maknanya sukar dipahami dengan baik.
Berbicara
tentang baca puisi berarti kita akan berbicara tentang puisi dan pembacaannya.
Sesungguhnya baca puisi tidak lain dari pembacaan sajak dengan lagu dengan
gerak lirik (kamus besar Indonesia cetakan kedua 1989:193).
Bahasa
puisi tidak sama dengan ilmu pengetahuannya lainnya yang menggunakan makna
denotasi, bahasa yang digunakan dalam puisi adalah menggunakan makna konotasi.
Dalam puisi makna dapat bergeser dari makna leksikal menjadi makna yang
mengandung arti lain dengan cita rasa penyair melalui karyanya. Kata-kata yang
digunakan oleh penyair mempunyai makna yang luas dari makna sebenarnya.
Dalam
satu contoh “Aku” oleh Chairil Anwar dapat dilihat dari sudut simbolik. Puisi
ini dapat mengandung simbol pemberontakan diri atau jiwa oleh seorang terhadap
penjajahan atau terbelenggunya suatu kebebasan. Pengakuan disini dapat bermakna
individu dapat juga bermakna suatu bangsa yang mempunyai dan memiliki penduduk
yang kebebasannya terbelenggu. Seorang pujangga dengan perasaannya merasakan
akan situasi tersebut dengan itu ia melontarkan perjuangannya menurut kebebasan
hidup melalui puisi “Aku”.
Lebih
jelasnya ini dikutip puisi “Aku” sebanyak tiga larik:
“Aku”
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meredang menerjang
Luka dan bisa kubawa lari
LA.Richard
(tarigan, 1984:23), memberikan batasan hakekat puisi yang mengandung makna
keseluruhan yaitu :
1. Tema
atau makna (sense), sang penyair
mengemukakan sesuatu kepada pembaca suatu kejadian yang dialaminya dipersoalkan
dan dipermasalahkan dengan cara sendiri. Permasalahannya yang terkandung dalam
puisinya.
2. Rasa
(feeling) adalah sikap seorang
penyair terhadap pokok permasalaha yang terkandung dalam puisinya.
3. Nada,
sikap penyair terhadap pembacanya nada ini sangat berhubungan erat dengan tema
dan rasa yang terkandung dalam sajak
tersebut.
4. Tujuan
(amanat), setiap penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya baik disadari
maupun tidak.
Dari keempat unsur tersebut saling berkaitan dalam
sebuah puisi sekalipun ada orang yang mengatakan bahwa menulis bukan untuk
siapa-siapa, ia hanya menulis puisi hanya untuk diri sendiri, dan terlepas dari
keempat unsur tersebut.
c. Bentuk-bentuk
puisi
1) Puisi
Apik atau Naratif
Puisi
ini penyair ingin mengemukakan sebuah cerita lewat puisi, seperti puisi Rendra
berikut ini :
Gugur
Ia
merangkak
Di
atas bumi yang kucintai
Tiada
kuasa lagi menegak
Telah
lepasklan dengan gemilang
Pelor
terakhir dari bedilnya
Ke
dada musuh yang merebut kotanya
Puisi Rendra
yang berjudul Gugur ini termasuk puisi apik yang menceritakan tentang kepahlawanan.
2) Puisi
Lirik
Puisi
lirik mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya, karena itu sifatnya lebih
subjektif. Pikiran dan perasaan yang dikemukakan adalah pencerminan pribadi
penyair. Contoh puisi lirik yang dikutip dari sebuah puisi Mahatmanto.
Rizki Jiwa
Ketika
aku mulai membujur
Berbaring
di tempat tidur
Bidikku
Ya Allahum Kudus
Berilah
aku mimpi yang bagus
Oleh
karena lembutnya dan meresapnya maka Mahatmanto menuntun ke arah pikiran dan
perasaannya, dengan sendirinya terbuka hati sebagai manusia yang memang
bersedia mendengarkan suara yang ikhlas, gaib, dan halus dengan tidak
dipaksa-paksa.
3) Puisi
Dramatik
Puisi
ini biasanya berbentuk monolog. Puisi adalah puisi yang berisi analisis
terhadap watak seseorang yang mengungkapkan suasana tertentu atas peristiwa
melalui batin tokoh tertentu yang dipilih penyair. Jenis puisi ini dapat
diambil dari salah satu bentuk puisi Chairil Anwar.
Penerimaan
Kalau
kau kuterima kau kembali
Dengan
sepenuh hati
Aku
masih tetap sendiri
Kutahu
kau bukan yang dulu lagi
Jangan
tunduk terus! Tantang aku
dengan
berani
Kalau
kau kuterima kau kembali
Untuk
sendiri tapi
Dengan
cermin aku enggan berbagi
d. Memahami
Puisi
Dalam
memahami makna karya sastra dapat mengacu ke berbagai hal yang erat hubungannya
dengan puisi itu. Dalam pemahaman puisi ini hal yang dipandang erat hubungannya
dengan puisi itu adalah penyair dan kenyataan sejarah. Puisi-puisi yang relatif
sulit ditafsirkan maknanya, biasanya dapat ditafsirkan melalui pengenalan
terhadap penyair dan kenyataan sejarah.
Puisi
diperkenalkan sebagai suatu totalitas atau sebagai struktur majas, versifikasi,
dan pengkonsentrasian bahasa merupakan 16 unsur-unsur puisi yang tetap
bertahan. Struktur puisi dibangun oleh struktur fisik dan struktur batin (makna
puisi).
Faktor
genetik dari puisi yakni pengarang dan kenyataan sejarah sebagai faktor yang
turut menentukan makna puisi dalam setiap pembahasan puisi baik puisi lepas
kumpulan puisi, kiranya kita tidak mungkin melupakan penyair dan kenyataan
sejarah yang memberikan latar belakang terhadap makna puisi itu secara
menyeluruh sebagai totalitas. Aliran, filsafat, agama, pandangan hidup, latar
belakang, sosial budaya, dan latar belakang pemikiran atau disiplin ilmu
kiranya akan memberi warna kepada puisi yang diciptakan juga memberikan corak
puisi.
Langkah
memahami dan menelaah dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Struktur
karya sastra
Berusaha
memahami struktur karya sastra secara umum apakah puisi berstruktur lama, baru,
angkata 45, ataukah puisi kontemporer. Apakah bentuk puisi itu konvensional
ataukah non konvensional. Penelaah berusaha memahami bait-bait dan lirik-lirik
serta memahami secara global tema apakah
yang dikemukakan oleh penyair.
2) Penyair
dan Kenyataan Sejarah
Bagaimana aliran
filsafat penyair, corak khas yang menjadi ciri dari zaman penyair itu berkarya,
kata-kata dan ungkapan khusus berhubungan dengan penyair, aliran, filsafat, dan
zaman saat puisi itu diciptakan.
3) Telaah
Unsur-Unsur
Struktur fisik
dan struktur batin puisi mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi,
menyangkut telaah unsur-unsur puisi dan berusaha membedah puisi sampai ke
unsur-unsur yang terkecil.
a) Struktur
fisik (metode) membahas bagaimana kecakapan/ kreatifitas penyair dalam
menciptakan puisi. Bagaimana penyair memilih, mengemukakan dan memberi sugesti
kata (diksi) bagaimana penyair menciptakan pengimajinasian dan sebagainya.
b) Struktur
batin yakni adanya jalinan antara struktur fisik dan struktur batin yang begitu
kuat, menyebabkan perlunya pembaca memahami kedua struktur tersebut secara
bersama-sama, tingkat pemikiran, luapan rasa hati penyair dan tingkat imajinasi
(pengalaman) penyair diungkapkan dengan metode atau teknik pengucapan khas
milik penyair. Nilai artistik sebuah karya sastra terletak dari tepat tidaknya
penyair mengungkapkan struktur batinnya ke dalam struktur fisik (teknik). Jadi
struktur batin dan gaya pengucapan disampaikan lewat bahasa penyair merupakan
dua hal yang saling berhubungan.
4) Sintesis
dan Interpretasi
Sintesis
itu dapat berwujud jawaban atas pertanyaan sebagai berikut : Apakah amanat
(pesan) yang hendak disampaikan penyair? Mengapa penyair menggunakan bahasa
yang (hubungannya dengan perasaan dan nada)? Apakah arti karya tersebut bagi murid? Bagaimana sikap
anda terhadap apa yang dikemukakan penyair?
Sebagaimana
dengan apa yang telah dijelaskan di atas, bahwa usaha penikmatan suatu karya
sastra sangat erat hubungannya dnegan pemahaman. Ada beberapa orang mengatakan
bahwa penikmayan lebih dahulu barulah dating pemahaman, sedangkan pengenalan
puisi tidak penting. Alasan yang dimiliki pendapat seperti itu bahwa dengan
menikmatinya timbul penghayatan kemudian lahirlah pengenalan atas bentuk dan
kaidah-kaidah yang berhubungan dengan perpuisian. Sementara itu sebagian orang
yang beranggapan bahwa pengenalan yang lebih dahulu baru pemahaman dan
penikmatan, karena bagaimana kita bisa menikmati sebuah karya sastra apabila
kita tidak mengenal hal-hal yang berhubungan dengan puisi itu.
Pendapat
tersebut di atas keduanya benar kita tidak perlu terlalu banyak mempersoalkan
yang jelas bhawa untuk memahami sebuah puisi apalagi untuk menikmatinya
diperlukan pengetahuan. Seperti dijelaskan di atas bahwa modal utama untuk
memahami puisi adalah hati dan pikiran terbuka. Puisi memiliki metode
tersendiri, jadi untuk memahami puisi ada beberapa metode beserta sarana yang perlu diperhatikan
antara lain :
1) Diksi
Diksi ialah
pilihan kata penggunaan dan penempatan kata dilakukan dengan hati-hati, teliti,
cermat, dan tepat. Kata yang digunakan dalam dunia sajak cenderung pada makna
konotasi, setiap kata yang digunakan penyair memiliki makna dan tujuan tertentu
baik mengenai ruang maupun waktu.
2) Imaji
Imaji adalah
segala yang dirasakan dan dialami secara imajinatif. Pilihan kata yang tepat
membantu daya baying untuk menjelmakan gambaran yang nyata, penikmat dapat
melihat, merasakan, mendengar dan menyentuh apa yang disampaikan penyair.
3) Kata
Tanya
Kata tanya yang
dimaksud disini dengan pilihan kata yang tepat, kata dapat menyarankan suatu
pengertia menyeluruh. Ketepatan kita akan menimbulkan asosiasi yang menjelmakan
imajinasi sehingga penikmat dapat merasakan apa yang dialami penyair.
4) Majas
Majas yaitu kias
atau gaya bahasa, penyair berusaha memperjelas maksud serta menjelmakan
imajinasi. Ada penyair menggunakan personifikasi, metafora, dan gaya bahasa
yang lain.
5) Rima
atau Ritma
Rima
atau ritma mempunyai pengaruh yang besar untuk memperjelas makna suatu puisi,
ia berhubungan erat dengan tema, rasa, lagu, dalam sebuah puisi.
Kemampuan
untuk memahami, menilai dan menafsirkan adalah merupakan komponen penting dalam
menganalisis puisi, cara yang ditempuh ialah dengan jalan membaca dengan teknik
terarah dan terorganisasi serta ilmiah.
Membahas
belum cukup kalau baru sampai pada kemampuan baca, harus mampu dipahami puisi
sedemikian rupa sehingga sampai pada titik minimal yaitu terjadinya
persinggungan cita rasa dengan cita rasa puisi yang dibaca. Puisi sebagai karya
imajinasi hadir sebagaimana halnya dengan hadirnya suatu kelahiran lahiriyah
dan batiniyah, justru itupun puisi memerlukan pendekatan luar dan dalam,
pemahaman kulit maupun isinya.
Dalam
hubungannya dengan pemahaman terhadap puisi terdapat empat kategori. Ada orang
yang mampu membaca isi dan lagu ataupun gerak gerik yang baik tetapi ia tidak
memahami apa yang sementara atau sudah dibacanya.
Tahap
pertama pemahaman terhadap puisi tahu baca tetapi tidak mengetahui isi yang
dibacanya.
Kedua
tercapai apabila telah mampu dipahami makna yang terkandung dalam puisi. Pada
tahap ini tidak hanya tahu baca, tetapi tahu tentang apa yang dibaca.
Tahap
ketiga tidak hanya sampai pada pemahaman tetapi turut dinikmati atau dirasakan
nikmat dan cita rasa puisi. Pada tahap ini terdapatnya persinggungan cita rasa
pribadinya dengan cita rasa puisi yang dibaca.
e. Unsur-unsur
yang membangun puisi
Sebuah
puisi adalah sebuah struktur yang
terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu
karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur
itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap
unsur lainnya.
Gambaran
tentang puisi sebagai suatu terstruktur utuh dapat kita lihat dalam tembang
jawa. Sebuah tembang jawa tidak hanya diatur oleh struktur bunyi, suku kata,
dan baris namun juga diatur oleh aturan makna tersendiri yang harus memenuhi
syarat. Apa yang dilihat melalui bahasanya yang nampak, disebut struktur fisik
puisi yang secara tradisional disebut struktur fisik puisi yang secara
tradisional disebut bentuk atau bahasa atau unsur bunyi. Sedangkan makna yang
terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati, disebut
struktur batin atau struktur makna. Kedua unsur itu disebut struktur karena
terdiri atas unsur-unsur lebih kecil yang bersama-sama membangun kesatuan
sebagai berikut.
Struktur
puisi sering kali disebut juga struktur
sintaktik puisi. Istilah ini memang tidak tepat, sebab kesatuan unsur-unsur
kebahasaan dalam puisi tidak membentuk struktur sintaktik tetapi membentuk
baris puisi. Oleh sebab itu, penulis merasa sebutan untuk struktur fisik lebih
tepat, sedangkan struktur batin seringkali disebut struktur tematik atau
struktur semantic. Penamaan tersebut kurang tepat juga, oleh sebab itu penulis
menggunakan istilah struktur batin karena berisi ungkapan batin penulisnya.
Dick
Hrtoko (1994:12) menyebutkan “adanya dua
unsur penting dalam puisi, yakni unsur tematik atau unsur semantik puisi dengan unsur
sintaktik puisi”. Unsur tematik atau semantik menunjuk ke arah struktur
batin, sedangkan unsur semantik menunjukkan ke unsur fisik. Dick Hartoko tidak
membedakan kedua unsur itu dalam suatu bagian tersendiri. Yang menjadi inti
puisi adalah unsur tematik yang diungkapkan melalui medium bahasa yang
mengandung kesatuan sintaktis. Untuk pengungkapan itu, makna puisi diwujudkan
dengan berbagai cara.
Diksi,
pengimajian, majas, versifikasi, dan ripografi disusun penyair untuk
mengungkapkan struktur tematik yang hendak diucapkan pola makna yang sudah ada
yang bersifat makna lugas, makna kiuas, makna lambang dan sebagainya. M. S.
Hutagalung (1976:128) menyebut “dua unsur puisi dengan tema struktur”. Yang
dimaksud tema disini adalah struktur batin, sedangkan yang dimaksud dengan
struktur disini adalah struktur fisik.
Istilah
bentuk dan isi atau tema dan struktur oleh I.A. Richards (1984:21) disebut
“hakikat puisi dan metode puisi hakikatnya adalah unsur hakikat yang menjiwai
puisi, sedangkan medium bagaimana hakikat itu diungkapkan disebut metode puisi.
Hakikat puisi terdiri atas tema, nada, perasaan dan amanat : metode puisi
terdiri atas diksi, pengimajian, kata
konkret, majas dan ritma”.
“Bentuk
karya puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan prosa. Perbedaan itu tidak
hanya dari struktur fisik saja. Tetapi juga dalam struktur batin. Menciptakan
puisi berarti menggunakan prinsip struktur pemadatan atau pengkonsentrasian
bentuk dan makna, kekuatan imajinasi, ritma dan jangkauan simboliknya, kedua
unsur tersebut saling mengikat keterjalinan dan semua unsur itu membentuk
totalitas makna yang utuh” (Waluyo, 1992:29).
S.
Efendi (1983:XI) menerapkan struktur fisik dan struktur batin dalam suatu
kesatuan yang disebut aspek-aspek puisi. Aspek-aspek itu meliputi :
a. Bentuk
permukaan seperti larik, bait dan pertalian makna yang diperlihatkan oleh larik
dan bait.
b. Makna
lugas, yakni makna sebenarnya atau makna tersurat dan denotasi yang ditujukan
oleh kata, larik dan keseluruhan sajak.
c. Pengimajian
yakni konkretisasi pengertian atau konsep-konsep yang abstrak penataan bahasa
yang khas hingga timbul image yang konkretiasi. Pengisian yakni konkretisasi
konsep-konsep yang abstrak dengan pemadatan bahasa sehari-hari.
d. Konkretisasi
konsep-konsep yang abstrak dengan kata-kata lambang atau perilaku pelambang dalam
pengisian bahasa sehari-hari.
e. Makna
utuh yakni keseluruhan sebuah sajak dan jaringan atau pula pengimajian serta
pelambangan dalam penjelmaan makna secara keseluruhan.
f. Nada
dan suasana ialah sikap penyair terhadap apa yang diucapkan dan suasana yang
dijelmakan oleh lingkungan fisik dan psikologi dalam puisi.
g. Kemanisan
bunyi dan makna yaitu pemahaman bunyi yang menjelmakan kemerdekaan/kemerduan
atau orchestra dan hubungan dengan makna utuh dalam sebuah sajak.
2.
Metode
Pembelajaran Simulasi
a. Pengertian
Metode Pembelajaran Simulasi
Simulasi
adalah memperagakan sesuatu yang berbentuk tiruan dari hasil daya cipta yang
tinggi. Dawson (1962) mengemukakan “simulasi merupakan suatu istilah umum yang
berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu metode yang merefleksi
proses-proses perilaku”.
Clarck
C. Abt (1964) mengemukakan “suatu simulasi adalah suatu tindakan peniruan dari
proses yang nyata”.
Menurut
Cardille Canei, (1986:45) “simulasi dan permainan merupakan metode mengajar
yang tinggi efektifitasnya dalam situasi kehidupan dan menyajikan
pengalaman-pengalaman yang menuntun ke arah dikusi”.
b. Kareakteristik
Metode Pembelajaran Simulasi
Menurut
Davies (1987:241-242) bahwa karakteristik
metode pembelajaran simulasi yaitu :
1) Murid
bekerja secara individu untuk menuntaskan materi pembelajarannya.
2) Penghargaan
lebih berorientasi kepada individu daripada kelompok.
c. Keunggulan/Kelebihan
Metode Pembelajaran Simulasi
Menurut
Davies (1987:241-243) bahwa keunggulan/kelebihan metode pembelajaran simulasi
yaitu :
1)
Kegiatan
simulasi memberikan kegembiraan/kesenangan pada diri murid, sehingga para murid
terdorong untuk berpartisipasi.
2)
Metode
ini memerlukan jenis interaksi antar murid yang memungkinkan timbulnya keutuhan
yang sehat (kondusif) antara para murid.
3)
Metode
ini sering kali memperoleh respon yang positif dari murid yang lamban, kurang cakap, atau yang kurang motivasinya.
4)
Mengurangi
keabstrakan dari hal-hal yang dipelajari, sebab walaupun yang dipelajari
bersifat abstrak tetapi dipelajari dalam kegiatan yang nyata.
5)
Metode
ini guru memungkinkan guru bekerja dengan tingkat kemampuan murid yang berbeda-beda pada waktu
yang sama.
d. Kekurangan
Metode Pembelajaran Simulasi
Menurut
Gilstrap (1975:89) bahwa kekurangan metode pembelajaran simulasi yaitu :
1)
Keefektifannya
dalam memperbaiki kegiatan belajar belum dapat dilaporkan dalam penelitian
mutakhir.
2)
Metode
ini menjadi mahal semenjak banyaknya permainan simulasi yang komersial.
3)
Metode
ini memerlukan pengelompokan yang luwes, begitu juga diharapkan keluwesan
penggunaan ruang kelas dan gedung yang sering kali tidak memungkinkan.
4)
Metode
ini banyak menuntut imajinasi guru dan
para murid yang terlibat.
5)
Seringkali
mengandung kecaman dari orang tua, karena kegiatannya melibatkan unsur
permainan di dalamnya.
e. Prosedur
Model Pembelajaran Simulasi Dalam PKBM
Menurut
Davies (1987:2420) bahwa ada beberapa prosedur dalam simulasi yaitu antara
lain:
1)
Simulasi
dilakuka oleh kelompok murid, dan semua murid mendapat kesempatan melaksanakan
simulasi yang sama atau berbeda, dan semua murid harus terlibat langsung
menurut peranan masing-masing.
2)
Penentuan
topik simulasi dapat dibicarakan dengan murid dan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan murid dan situasi setempat.
3)
Peraturan/petunjuk
simulasi dapat terlebih dahulu disiapkan secara rinci garis besarnya saja,
tergantung dari bentuk simulasi dan tujuannya.
4)
Simulasi
dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan
baik. Hal ini menuntut agar situasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap
dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan akan terjadi pada situasi
sesungguhnya.
5)
Dalam
situasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta
terjadinya berbagai proses seperti sebab akibat pemecahan masalah dan yang
lain.
f. Penerapan
metode pembelajaran simulasi dalam upaya meningkatkan kemampuan murid memahami
puisi di SD Negeri 10 Lembang Kelurahan Mangallekana Kecamatan Labakkang
Kabupaten Pangkep.
Menurut
Abdurrakhman (2008) bahwa untuk dapat menerapkan metode pembelajaran situasi
dalam upaya meningkatkan kemampuan murid memahami puisi yaitu :
1) Langkah
Perencanaan
a) Pelajari
dengan cermat kegiatan yang disimulasikan dan catat bagian-bagian atau
langkah-langkah yang akan diperagakan.
b) Buatlah
skenario simulasi merujuk kepada topik, dan tujuan pembelajaran serta catatan
tentang bagian dan langkah-langkah utama yang telah dibuat pada langkah
sebelumnya.
c) Lakukan
uji coba serta penyempurnaan skenario simulasi yang telah dibuat menjadi
skenario akhir yang akan digunakan di kelas.
2) Langkah
Persiapan
a. Siapkan
dan periksalah kesiapan peralatan serta perlengkapan pendukung lainnya.
b. Jelaskan
kepada murid gambaran umum simulasi dan kaitannya dengan topik yang sedang
dipelajari, tujuan yang akan dipakai serta apa yang diharapkan dari murid.
c. Siapkan
skenario simulasi yang telah disempurnakan.
d. Bagikan
skrip kegiatan kepada murid sesuai dengan perannya masing-masing dan berikan
penjelasan tentang apa yang harus dan dan apa yang tidak boleh mereka lakukan.
e. Beri
kesempatan kepada murid untuk bertanya tentang kegiatan simulasi dan perannya.
3) Langkah
Pelaksanaan
a. Lakukan
langkah demi langkah kegiatan simulasi sesuai dengan kegiatan simulasi sesuai
dengan skenario.
b. Guru
berperan sebagai sutradara yang mengendalikan kegiatan agar simulasi berjalan
sesuai dengan skenario yang dilaksanakan dengan serius.
c. Ingatkan
murid yang kurang serius agar memfokuskan diri pada kegiatan supaya memberi
makna bagi dirinya dan kelas.
d. Guru
membuat catatan tentang hal yang perlu didiskusikan pada akhir pembelajaran
yang meliputi hal-hal yang perlu mendapat pujian dan hal-hal yang perlu
diperbaiki.
4) Langkah
Evaluasi dan Penutup
a. Lontarkan
sejumlah pertanyaan yang terkait dengan bagian atau langkah yang baru
diperagakan berdasarkan catatan yang telah dibuat.
b. Minta
komentar dari murid tentang pelaksanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh
temannya.
B.
Kerangka
Pikir
Sesuai dengan
yang tlah dipaparkan pada bagian yang terdahulu, maka pada bagian ini yang
dijadikan penulis sebagai landasan berpikir. Kerangka piker ini akan
mengarahkan penelitian untuk menemukan daya informasi guna memecahkan masalah
yang telah dijauhkan.
Landasan teori
menjelaskan bahwa menganalisis puisi adalah kemampuan menemukan atau menentukan
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu dari dalam puisi itu sendiri.
Puisi merupakan
karya sastra yang tidak mudah dipahami maknanya. Terkadang suatu puisi
membutuhkan pengetahuan maksimal untuk memahami makna yang dikandungnya. Puisi
kadang-kadang mudah dibaca sulit dipahami.
Berdasarkan pada
banyaknya kesulitan dalam memahami suatu puisi, upaya peningkatan mutu
pengajaran puisi senantiasa dapat dilakukan dengan baik dalam hal bentuk teori,
maupun memaksimalkan pengajaran di sekolah. Pengukuran kemampuan menganalisis
puisi di sekolah selain sebagai upaya mengevaluasi kemajuan sastra khususnya apresiasi
puisi, juga sebagai upaya menggali permasalahan dan kendala pengajaran pyisi
sebagai suatu hal yang dapat menjadi acuan tindak lanjut.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dipahami bahwa penelitian semacam ini merupakan suatu hal
yang sangat dibutuhkan apalagi jika ditelaah kembali fenomena pengajaran puisi,
maka dapat diprediksi bahwa kemampuan murid menganalisis puisi belum memadai.
Beberapa hasil penelitian semua berkesimpulan senada bahwa tingkat apresiasi
puisi murid masih sangat rendah. Adapun kerangka pikir sebagai berikut :
2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar